RELIGI
BERBAKTILAH KEPADA KEDUA ORANG TUA KITA
Berbakti kepada Kedua Orang Tua
Mungkin sebagian dari kita
bingung untuk mengisi waktu liburan. Ada yang mengisinya dengan menonton
televisi, tamasya, belanja, jalan-jalan, dan lain-lain. Ada yang mengisi
liburannya dengan setumpuk kegiatan organisasi, ada pula yang mengisinya dengan
menghadiri banyak pengajian. Sebagian mengisi liburan dengan kegiatan yang
bermanfaat, sedangkan sebagian yang lain mengisinya dengan kegiatan yang
sia-sia. Terlepas dari semua itu, tidakkah kita ingat bahwa terdapat suatu
kegiatan yang sangat mulia dan utama? Kegiatan mulia yang bernama “berbakti
kepada kedua orang tua”.
Kita pasti sudah tidak asing
dengan kata “berbakti kepada kedua orang tua” yang sering kita jumpai di
pengajian-pengajian dan buku-buku keislaman. Kali ini, kami ingin mengingatkan
kembali tentang tema berbakti kepada kedua orang tua serta kisah para ulama
dalam menaati kedua orang tua.
Kedudukan Berbakti kepada Kedua Orang Tua dalam Islam
Islam menjadikan berbakti kepada
kedua orang tua sebagai sebuah kewajiban yang sangat besar. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika ditanya tentang amal-amal saleh
yang paling tinggi dan mulia,
“Shalat tepat pada waktunya …
berbuat baik kepada kedua orang tua … jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Lihatlah … betapa kedudukan orang
tua sangat agung dalam Islam, sampai-sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menempatkannya sebagai salah satu amalan yang paling utama. Lalu,
sudahkah kita berbakti kepada kedua orang tua?
Seorang laki-laki bertanya kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, siapakah orang
yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?” Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, “Ibumu.” Laki-laki itu bertanya kembali, “Kemudian siapa?”
Beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Lagi-lagi
beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu pun bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Maka
beliau menjawab, “Ayahmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Perkataan Salafush Shalih (Generasi Pendahulu yang Saleh) tentang
Berbakti kepada Kedua Orang Tua
Suatu ketika Ibnu Umar
radhiyallahu ‘anhuma bertanya kepada seseorang, “Apakah engkau takut masuk
neraka dan ingin masuk ke dalam surga?” Orang itu menjawab, “Ya.” Ibnu Umar
berkata, “Berbaktilah kepada ibumu. Demi Allah, jika engkau melembutkan
kata-kata untuknya, memberinya makan, niscaya engkau akan masuk surga selama
engkau menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Bukhari)
Kisah Seorang Wanita yang Berbakti kepada Ibunya
Yahya bin Katsir menceritakan,
“Suatu ketika Abu Musa Al-Asy’ari dan Abu Amir radhiyallahu ‘anhuma datang
menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berbaiat kepada beliau
dan masuk Islam. Ketika itu, beliau bertanya, ‘Apa yang kamu lakukan terhadap
istrimu yang kamu tuduh ini dan itu?’ Keduanya menjawab, ‘Kami tinggalkan dia
bersama keluarganya.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‘Sesungguhnya mereka telah diampuni.’
‘Mengapa wahai Rasulullah?’ tanya
mereka. Beliau menjawab, ‘Karena dia telah berbuat baik kepada ibunya.’
Kemudian beliau melanjutkan, ‘Dia memiliki ibu yang sangat tua. Suatu ketika
ada orang yang berseru, ‘Hai, ada musuh yang hendak memporak-porandakan
kalian!’ Lalu ia menggendong ibunya yang telah tua itu. Bila kelelahan, ia
turunkan ibunya kemudian ia gendong ibunya di depan. Ia taruh telapak kaki
ibunya di atas telapak kakinya agar ibunya tidak terkena panas. Begitu
seterusnya hingga akhirnya mereka selamat dari sergapan musuh.’”
Saudaraku … renungkanlah, bila
kita simak kisah di atas lebih mendalam, kita akan mengetahui bahwa berbakti
kepada orang tua—terutama ibu—menjadi sebab kebahagiaan seseorang di dunia dan
di akhirat. Maka selayaknya kita berusaha agar bisa meraih kebahagiaan itu
selagi orang tua kita masih hidup. Kemudian bandingkanlah keadaan di zaman kita
dengan kisah di atas. Alangkah jauh perbedaannya! Apakah yang memberatkan kita
untuk berbakti kepadanya sebagaimana yang telah dilakukan oleh salafush shalih?
Apa yang menghalangi kita untuk berbakti kepadanya jika hal tersebut akan
membuat kita bahagia dan menjadi orang yang kaya pahala dan tenteram hatinya?
Sungguh merugi jika kita
mengetahui dekatnya surga denganberbakti kepada kedua orang tua, tetapi kita
malah melalaikannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam bersabda,
“Orang tua adalah pintu surga
yang paling tengah. Jika engkau ingin maka sia-siakanlah pintu itu atau jagalah
ia.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Dalam hadits lain beliau juga
bersabda, “Celaka, celaka, celaka!” Ada yang bertanya,”Siapa wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Orang yang mendapati salah satu atau kedua orang tuanya telah
berusia lanjut, tetapi tidak membuatnya masuk ke dalam surga.” (HR. Muslim)
Melalui Doa Ibu
Berikut ini terdapat kutipan
kisah penuh hikmah tentang pentingnya berbakti kepada orang tua. Salim bin
Ayyub bercerita, “Aku pernah mengadakan perjalanan ke kota Ray, ketika itu
usiaku dua puluh tahun. Di sana aku menghadiri suatu majelis dengan seorang
syaikh yang sedang mengajar. Syaikh itu berkata kepadaku, ‘Maju dan bacalah.’
Aku berusaha membacanya tetapi aku tidak bisa. Lidahku kelu.
Ia bertanya, ‘Apakah kamu punya
ibu?’
Aku menjawab, ‘Ya.’
Syaikh berkata, ‘Kalau begitu,
mintalah ia supaya mendoakanmu agar Allah menganugerahkanmu Al-Qur`anul-Karim
dan ilmu.’
Lantas aku pulang menemui ibuku
dan memintanya berdoa. Maka ia berdoa untukku. Setelah tumbuh dewasa, suatu
ketika aku pergi ke Bagdad. Di sana aku belajar bahasa Arab dan fikih, kemudian
aku kembali ke kota Ray.
Ketika aku sedang berada di
Masjid Al-Jami’ mempelajari kitab Mukhtashar Al-Muzani, tiba-tiba Asy-syaikh
datang dan mengucapkan salam kepada kami sedangkan ia tidak mengenaliku. Ia
mendengarkan perkataan kami, tetapi tidak tahu apa yang kami ucapkan, kemudian
ia bertanya, ‘Kapan ia belajar seperti ini?’ Maka aku ingin mengatakan seperti
yang ia ucapkan dahulu, ‘Jika engkau punya ibu, katakan kepadanya agar ia
berdoa untukmu.’ Akan tetapi aku malu kepadanya.”
Lihatlah Saudariku, betapa
mustajabnya doa seorang ibu. Lalu mengapa terkadang kita khawatir doa kita
tidak terkabul? Mengapa terkadang kita merasa kesulitan memahami suatu ilmu
padahal ada seorang ibu di samping kita?
Bakti Seorang Anak ketika Orang Tua telah Tiada
Terkadang sebagian kita
beranggapan bahwa kewajiban berbakti kepada kedua orang tua telah usai ketika
orang tua telah wafat. Jika memang demikian, alangkah bakhilnya diri kita.
Alangkah singkatnya bakti kita kepada orang tua yang telah mengasuh kita dengan
penuh kasih sayang, yang telah mengorbankan siang dan malamnya untuk
kebahagiaan sang anak. Seseorang yang telah mengucurkan banyak air mata dan
keringat untuk kebaikan sang anak. Lantas, apakah balas budi kepada mereka akan
berakhir seiring berakhirnya kehidupan
mereka??
Saudaraku … ketahuilah, bahwa
saat setelah wafat adalah saat di mana kedua orang tua paling membutuhkan bakti
anak-anaknya, yaitu ketika mereka telah memasuki alam barzah. Mereka sangat
membutuhkan doa yang baik dan permohonan ampun melalui seorang anak untuk
mengangkat kedua telapak tangannya kepada Allah Ta’ala.
Seseorang datang kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya, “Wahai Rasulullah,
apakah masih tersisa sesuatu sebagai baktiku kepada kedua orang tuaku setelah
keduanya wafat?” Beliau bersabda, “Ya, engkau mendoakan keduanya, memohonkan
ampunan untuk keduanya, menunaikan janji keduanya, memuliakan teman keduanya,
dan silaturahmi yang tidak tersambung kecuali dengan keduanya.” (HR. Al-Hakim)
Begitulah, bakti seorang anak
kepada kedua orang tua senantiasa menjadi utang manusia selama ruh masih berada
pada jasadnya, selama jantung masih berdetak, selama nadi masih berdenyut, dan
selama napas masih berembus. Oleh karena itu, sangat keliru jika ada orang yang
beranggapan bahwa baktinya telah usai ketika orang tua telah wafat. Bakti
seorang anak kepada orang tua senantiasa menjadi hutang yang harus ditunaikan
sampai ia bertemu dengan Allah Ta’ala. Mereka sangat membutuhkan doa yang tulus
serta permohonan ampun sehingga mereka mendapatkan limpahan rahmat dan ampunan
dari Allah karenanya.
“Sesungguhnya Allah mengangkat
derajat seorang hamba yang saleh di surga. Lantas ia bertanya, ‘Wahai Rabb,
mengapa aku mendapatkan ini?’ Allah menjawab, ‘Karena permohonan ampunan anakmu
untukmu.’” (HR. Ahmad)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam juga bersabda, “Apabila seorang anak Adam meninggal dunia maka amalnya
terputus, kecuali tiga perkara: … ,anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)
Faedah Berbakti kepada Kedua Orang Tua
Berbakti kepada kedua orang tua
membuahkan banyak keutamaan. Berikut ini beberapa faedah berbakti kepada kedua
orang tua:
Dikabulkannya doa (sebagaimana
kisah yang telah disebutkan).
Sebab dihapuskannya dosa besar.
Seorang laki-laki mendatangi Nabi
shallallahu ‘alaih wa sallam lalu berkata, “Wahai Rasulullah, aku telah
melakukan dosa besar. Apakah ada taubat untukku?” Nabi bertanya, “Apakah engkau
memiliki seorang ibu?” Laki-laki itu menjawab, “Tidak.” Nabi bertanya lagi,
“Apakah engkau memiliki seorang bibi?” Ia menjawab, “Ya. “ Nabi bersabda,
“Berbaktilah kepadanya.” (HR. Ibnu Hibban)
Berbakti kepada kedua orang tua
merupakan penyebab keberkahan dan bertambahnya rezeki.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan
rezekinya, hendaklah ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan hendaklah ia
menyambung silaturahmi.” (HR. Ahmad)
Barangsiapa yang berbakti kepada
bapak ibunya maka anak-anaknya akan berbakti kepadanya, dan barangsiapa yang
durhaka kepada keduanya maka anak-anaknya pun akan durhaka pula kepadanya.
Tsabit Al-Banany mengatakan, “Aku
melihat seseorang memukul bapaknya di suatu tempat. Maka dikatakan kepadanya,
‘Apa-apaan ini?’ Sang ayah berkata, ‘Biarkanlah dia. Sesungguhnya dulu aku
memukul ayahku pada bagian ini maka aku diuji Allah dengan anakku sendiri, ia
memukulku pada bagian ini. Berbaktilah kalian kepada orang tua kalian, niscaya
anak-anak kalian akan berbakt kepada kalian.’”
Ridha Allah terletak pada ridha
kedua orang tua, murka Allah pada murka orang tua.
Diterimanya amal.
Sesorang yang berbakti kepada
kedua orang tua maka amalnya akan diterima. Diterimanya amal akan mendatangkan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma mengatakan,
“Kalau aku tahu bahwasanya aku punya shalat yang diterima, pasti aku bersandar
kepada hal itu. Barangsiapa yang berbakti kepada kedua orang tuanya,
sesungguhnya Allah menerima amalnya.”
Saudaraku, renungkanlah
keutamaan-keutamaan di atas. Sesungguhnya berbakti kepada orang tua merupakan
salah satu sebab dihapuskannya dosa besar, diterimanya amal, serta sebab
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Setelah kita melihat keutamaan berbakti
kepada kedua orang tua, pahala yang dijanjikan, serta kisah-kisah generasi
pendahulu yang saleh, masih adakah penghalang bagi kita untuk menaati kedua
orang tua?
Renungan …
Saudaraku, mari renungkan kisah
ini agar kita tahu betapa luas dan dalamnya kasih sayang orang tua—terutama
ibu—kepada anaknya.
Dikisahkan, pada masa kekuasaan
Al-Abbasiyyah ada seorang laki-laki mendatangi rumah seorang wanita, lalu ia
mengetuk pintu dan memintanya melunasi utang. Perempuan itu menampakkan
ketidakmampuannya untuk melunasi utang sehingga orang itu marah dan memukulnya
lantas pergi. Kemudian dia datang sekali lagi menemui wanita tersebut. Akan
tetapi, kali ini yang membukakan pintu adalah anak laki-laki dari wanita itu.
Tamu itu menanyakan di mana ibunya. Anak tersebut menjawab, “Ibuku pergi ke
pasar.” Laki-laki itu menyangka bahwa anak tersebut berdusta sehingga ia
memukul anak itu dengan pukulan yang tidak begitu keras.
Tiba-tiba ibunya muncul dan
melihat laki-laki itu memukul putranya maka ia menangis sejadi-jadinya.
Laki-laki itu bertanya kepadanya, “Aku tidak memukulnya dengan keras, mengapa
engkau menangis? Padahal kemarin aku memukulmu lebih keras, tetapi engkau tidak
menangis.”
Sang ibu menjawab, “Kemarin
engkau memukul kulitku, dan sekarang engkau memukul hatiku ….”
Laki-laki tersebut terharu dan
memaafkannya, serta bersumpah untuk tidak menuntut utangnya lagi semenjak itu.
Masya Allah …
Kehadiran orang tua sangatlah
memberi ketenangan, cinta, serta kasih sayang tersendiri yang bersemi di hati
segenap insan yang berakal. Mereka biarkan kesedihan dan keletihan demi
senyuman buah hatinya. Mereka curahkan segenap pengorbanan demi kebahagiaan
sang buah hati. Mereka adalah kebahagiaan di dunia dan akhirat. Mereka adalah
sekotak permata paling berharga, sekeping emas termahal yang dapat mengantarkan
kita ke surga-Nya.
Komentar
Posting Komentar